AndyBandex 2012. Diberdayakan oleh Blogger.

Senin, 03 Desember 2012

makalah "Evaluasi Kurikulum"


PENDAHULUAN

Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan, organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya. Makalah ini akan membahas mengenai pengertian evaluasi kurikulum, pentingnya evaluasi kurikulum, prinsip evaluasi kurikulum dan macam-macam model evaluasi kurikulum.






PEMBAHASAN

  •         Pengertian Evaluasi Kurikulum

Pemahaman mengenai pengertian evaluasi kurikulum dapat berbeda-beda sesuai dengan pengertian kurikulum yang bervariasi menurut para pakar kurikulum. Oleh karena itu dapat kita jabarkan definisi dari evaluasi dan definisi dari kurikulum secara per kata sehingga lebih mudah untuk memahami evaluasi kurikulum. Pengertian evaluasi menurut joint committee, 1981 ialah penelitian yang sistematik atau yang teratur tentang manfaat atau guna beberapa obyek. Purwanto dan Atwi Suparman, 1999 mendefinisikan evaluasi adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliabel untuk membuat keputusan tentang  suatu program. Rutman and Mowbray 1983 mendefinisikan evaluasi adalah penggunaan metode ilmiah untuk menilai implementasi  dan outcomes suatu program yang berguna untuk proses membuat keputusan. Chelimsky 1989 mendefinisikan evaluasi adalah suatu metode penelitian yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Dari definisi evaluasi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi dan efektifitas suatu program. Sedangkan  pengertian kurikulum adalah[1]
  1.      Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Pasal 1 Butir 19 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional).
  2. Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pembelajaran serta metode yang  digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan  kegiatan pembelajaran (Keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 725/Menkes/SK/V/2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelatihan di bidang Kesehatan).
  3. Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaiannya yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan tinggi (Pasal 1 Butir 6 Kepmendiknas No. 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa).
  4. Menurut Grayson (1978), kurikulum adalah suatu perencanaan untuk mendapatkan keluaran (out- comes) yang diharapkan dari suatu pembelajaran. Perencanaan tersebut disusun secara terstruktur untuk suatu bidang studi, sehingga memberikan pedoman dan instruksi untuk mengembangkan strategi pembelajaran (Materi di dalam kurikulum harus diorganisasikan dengan baik agar sasaran (goals) dan tujuan (objectives) pendidikan yang telah ditetapkan dapat tercapai;
  5. Sedangkan menurut Harsono (2005), kurikulum merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam praktik. Dalam bahasa latin, kurikulum berarti track atau jalur pacu. Saat ini definisi kurikulum semakin berkembang, sehingga yang dimaksud kurikulum tidak hanya gagasan pendidikan tetapi juga termasuk seluruh program pembelajaran yang terencana dari suatu institusi pendidikan.

Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka dapat kita simpulkan bahwa pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi, dan efektivitas suatu program.[2]

  •       Pentingnya Evaluasi Kurikulum

Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi  kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan  apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka  penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.[3]
Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area – area kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalan. Evaluasi kurikulum juga dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang dikenal evaluasi sumatif.[4]

  •       Prinsip Evaluasi Kurikulum

Prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah sebagai berikut :
a.       Tujuan tertentu, artinya semua program evaluasi kurikulum terarah dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan secara jelas dan spesifik.
b.      Bersifat objektif, dalam arti berpijak pada keadaan yang sebenarnya bersumber dari data yang nyata dan akurat.
c.       Bersifat komprehensif, mencakup semua dimensi atau aspek yang terdapat dalam ruang lingkup kurikulum.
d.      Koorperatif dan tanggungjawab dalam perencanaan. Pelaksanaan dan keberhasilan suatu program evaluasi kurikulum merupakan tanggung jawab bersama pihak-pihak yang terlibat dalam proses pendidikan seperti guru, kepala sekolah, orang tua, bahkan siswa itu sendiri.
e.       Efisien, khususnya dalam penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan peralatan yang menjadi unsur penunjang.
f.       Berkesinambung hal ini diperlukan mengingat tuntutan dari dalam dan dari luar sistem sekolah yang meminta diadakannya perbaikan kurikulum.

  •       Macam-macam Model Evaluasi Kurikulum

Model evaluasi kurikulum menurut Hamid Hasan pada dasarnya dapar dikelompokkan pada evaluasi model kuantitatif dan model kualitatif.[5]
  1.        Model Kuantitatif

Model kuantitatif ditandai oleh ciri yang menonjol dalam penggunaan prosedur kuantitatif untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan paradigma positivistis.
Diantara model evaluasi yang masuk pada kategori kuantitatif adalah model yang dikembangkan oleh tyler, dimana evaluasi yang dikemukakan dibangun atas dua dasar, yaitu : evaluasi yang ditujukan kepada tingkahlaku peserta didik sebelum pelaksanaan kurikulum serta pada saat peserta didik telah melaksanakan kurikulum, sehingga evaluasi difokuskan pada dimensi hasil belajar.

2.  Model Kualitatif
Model evaluasi kualitatif berdasarkan pada filsafat fenomenologi dan pengembangan metodologi kualitatif dalam disiplin ilmu pendidikan.
Adapun karakteristik model evauasi kualitatif sebagai berikut 

3. Menggunakan metologi kualitatif dalam pengumpulan data evaluasi.

           4. Selalu menempatkan proses pelaksanaan kurikulum sebagai fokus utama evaluasi.
       5.Data yang dikumpulkan terutama data kualitatif yang kaya dengan deskripsi dan dianggap lebih      memberikan makna dibandangkan data kuantitatif yang kering, karena data kualitatif dianggap lebih dapat mengungkapkan apa yang terjadi di lapangan.
        6.  Model evaluasi kualitatif adalah pengakuan adanya kenyataan yang banyak (multiple realities). Menurut pandangan kualitatif kenyataan bukan sesuatu yang dipersepsi oleh evaluator atau orang yang memeberi tugas kepada evaluator atau kebenaran yang diakui orang bnyak. Oleh karena itu, persepsi orang-orang yang terlibat seperti peserta didik, guru, kepala sekolah dan sebagainya adalah kenyataan yang mewakili masing-masing individu.

Model evaluasi kualitatif terdiri dari :
  •          Model Studi Kasus.

Model studi kasus memusatkan perhatiannya pada kegiatan pengembangan kurikulum di satu satuan pendidikan.

          ·       Model Iluminatif
Model iluminatif mendasarkan dirinya pada paradigma antropologi sosial. Model iluminatif memberikan perhatian terhadap lingkungan luas dan bukan hanya kelas di mana suatu inovasi kurikulum dilaksanakan.

          ·        Model Responsif
Model renponsif dikembangkan oleh Stake. Model ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari model countenance-nya, meskipun dalam beberapa hal terdapat perbedaan yang prinsipil.

   Menurut Nana Syaodih Sukmadinata ada tiga model evaluasi kurikulum, yaitu Evaluasi model penelitian, Evaluasi model objektif, dan Model campuran multivariasi.[6]
          1.      Evaluasi model penetian
Evaluasi kurikulum menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan metode tes psikologis dan eksperimen lapangan.
          2.      Evaluasi model objektif
Dalam model objektif, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dalam proses pengembangan kurikulum. Teori ini dinamakan teori fungsional. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain tetapi diukur dengan perangkat objektif (tujuan khusus).
          3.      Evaluasi model campuran multivariasi
Evaluasi model perbandingan (comparative approach) dan model Tyler dan Bloom melahirkan evaluasi model campuran multivariasi. Yaitu strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari kedua pendekatan tersebut.






KESIMPULAN

Evaluasi kurikulum terdiri dari kata evaluasi dan kurikulum. Evaluasi adalah penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi, dan efektivitas suatu program. Kata kurikulum berarti kurikulum potensial berupa dokumen kurikulum. Maka evaluasi kurikulum dapat diartikan sebagai penerapan prosedur ilmiah yang sistematis untuk menilai rancangan, implementasi, dan efektivitas suatu dokumen kurikulum.
Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian, karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Evaluasi kurikulum penting dilakukan dalam rangka  penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar.
Adapun prinsip-prinsip evaluasi kurikulum adalah adanya tujuan tertentu, bersifat obejektif, komprehensif, koorperatif, dan bertanggung jawab dalam perencanaan, efisien, dan berkesinambungan.
Model evaluasi kurikulum menurut Hamid Hasan dikelompokkan pada evaluasi model kuantitatif dan model kualitatif. Adapun model evaluasi kurikulum menurut Nana Syaodih Sukmadinata ada tiga, yaitu: Evaluasi model penelitian, Evaluasi model objektif, dan model campuran multivariasi.









DAFTAR PUSTAKA

Hidayati, Wiji. Pengembangan Kurikulum, Yogyakarta: Pedagogia, 2012.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011.
http://zulharman79.wordpress.com/2007/08/04/evaluasi-kurikulum-pengertian-kepentingan-dan-masalah-yang-dihadapi/


[1] Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Akademik dan Kemahasiswaan,(2003). Buku II –Kurikulum Program Studi.
[2] http/makalahkumakalahmu.wordpress.com
[3] Lindeman, M. (2007). Program Evaluation. [Internet]. Available from: <www.tedi.uq.edu.au/conferences/A_conf/papers/Isaacs.html> Accessed 3 July 2007].
[4] Posner, G.J., (2004). Analyzing The Curriculum. Mc Graw Hill. United States.
[5] Hamid Hasan, Evaluasi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 186-187.
[6] Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 185-188.

makalah "Hakekat Pembelajaran Efektif"


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Mengajar dapat membantu siswa memperoleh informasi, ide, keterampilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekpresikan dirinya, dan cara-cara belajar bagaimana belajar. Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa. Secara implisit dalam pengertian ini terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.
Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakekat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang mungkin dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran menaruh perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “äpa yang dipelajari siswa”.

B.       Rumusan Masalah
1.         Apa pengertian hakekat pembelajaran efektif?
2.         Bagaimana karakteristik belajar yang efektif?
3.         Bagaimana menciptakan kondisi belajar yang efektif?
4.         Bagaimana suasana pembelajaran yang efektif?
5.         Bagaimana strategi pembelajaran yang efektif
6.         Bagaimana manajemen pengajaran yang efektif?
7.         Bagaimana mengajar yang efektif?

C.      Tujuan
1.      Mahasiswa mampu mengetahui pengertian hakekat pembelajaran efektif.
2.      Mahasiswa mampu mengetahui karakteristik belajar efektif.
3.      Mahasiswa mampu mengetahui cara menciptakan kondisi belajar efektif.
4.      Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana suasana pembelajaran fektif.
5.      Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana strategi pembelajaran efektif.
6.      Mahasiswa mampu mengetahui bagaimana manajemen pengajaran efektif.


BAB II
PEMBAHASAN

1.        Pengertian Hakekat Pembelajaran Efektif
Belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada individu sebagai hasil dari pengalaman atau hasil dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya.[1] Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Efektif adalah perubahan yang membawa pengaruh, makna dan manfaat tertentu. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan sifatnya yang menekankan pada pemberdayaan siswa secara aktif.
Dari defenisi belajar dan pembelajaran serta efektif, maka hakikat pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.[2]
Pembelajaran efektif juga akan melatih dan menanamkan sikap demokratis bagi siswa dan juga dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga memberikan kreatifitas siswa untuk mampu belajar dengan potensi yang sudah mereka miliki yaitu dengan memberikan kebebasan dalam melaksanakan pembelajaran dengan cara belajarnya sendiri.
2.        Karakteristik Belajar yang Efektif
Pembelajaran dapat efektif apabila mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan sesuai dengan indikator pencapaian. Untuk mengetahui bagaimana memperoleh hasil yang efektif dalam proses pembelajaran, maka sangat penting untuk mengetahui cirri-cirinya. Adapun Pembelajaran yang efektif dapat diketahui dengan ciri:[3]
1.        Belajar secara aktif baik mental maupun fisik. Aktif secara mental ditunjukkan dengan mengembangkan kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis. Dan secara fisik, misalnya menyusun intisari pelajaran, membuat peta dan lain-lain.
2.        Metode yang bervariasi, sehingga mudah menarik perhatian siswa dan kelas menjadi hidup.
3.        Motivasi guru terhadap pembelajaran di kelas. Semakin tinggi motivasi seorang guru akan mendorong siswa untuk giat dalam belajar.
4.        Suasana demokratis di sekolah, yakni dengan menciptakan lingkungan yang saling menghormati, dapat mengerti kebutuhan siswa, tenggang rasa, memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, menghargai pendapat orang lain.
5.        Pelajaran di sekolah perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata.
6.        Interaksi belajar yang kondusif, dengan memberikan kebebasan untuk mencari sendiri, sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab yang besar pada pekerjaannya dan lebih percaya diri sehingga anak tidak menggantungkan pada diri orang lain.
7.        Pemberian remedial dan diagnosa pada kesulitan belajar yang muncul, mencari faktor penyebab dan memberikan pengajaran remedial sebagai perbaikan jika diperlukan.
Selain mengetahui karakteristik belajar yang efektif perlu diketahui juga bagaimana Karakteristik Guru Efektif, hal ini berguna untuk mengetahui keahlian dan keprofesionalan seorang pendidik dalam melaksanakan pembelajaran yang efektif. Adapun karakteristknya yaitu:
1.        Memiliki minat terhadap mata pelajaran.
2.        Memiliki kecakapan untuk menafsirkan suasana/iklim psikologis siswa.
3.        Menumbuhkan semangat belajar.
4.        Memiliki imajinasi dalam menjelaskan.
5.        Menguasai metode/strategi pembelajaran.
6.        Memiliki sikap terbuka terhadap siswa.

D.      Kondisi Belajar yang  Efektif
Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi yang strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti proses pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik, hendaknya guru memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan kondisi yang ada pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya, ketentramannya, dan sebagainya. Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan fisik yang lain.
Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik yang baik dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan yang dapat mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap dan tidak mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup atau lengkap.[4] Dalam mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan langkah-langkah berikut ini:

1.        Melibatkan Siswa secara Aktif
Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam beberapa hal, antara lain :
a.       Aktivitas visual, seperti membaca, menulis, melakukan eksprimen.
b.      Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab.
c.       Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru, mendengarkan pengarahan guru.
d.      Aktivitas gerak, seperti melakukan praktek di tempat praktek.
e.       Aktivitas menulis, seperti mengarang, membuat surat, membuat karya tulis.
Aktivitas kegiatan pembelajaran siswa di kelas hendaknya lebih banyak melibatkan siswa, atau lebih memperhatikan aktivitas siswa. Berikut ini cara meningkatkan keterlibatan siswa :
  1. Tingkatkan partisifasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan cara menggunakan berbagai teknik mengajar.
  2. Berikanlah materi pelajaran yang jelas dan tepat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
  3. Usahakan agar pembelajaran lebih menarik minat siswa. Untuk itu guru harus mengetahui minat siswa dan mengaitkannya dengan bahan pembelajaran.
2.        Menarik Minat dan Perhatian Siswa
Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat dan kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati.[5]

3.      Membangkitkan Motivasi Siswa
Motif adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar. Berikut ini beberapa cara bagaimana membangkitkan motivasi siswa :
·           Guru berusaha menciptakan persaingan diantara siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya;
·      Pada awal kegiatan pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada siswa tentang tujuan yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, sehingga siswa terpancing untuk ikut serta didalam mencapai tujuan tersebut.
·           Guru berusaha mendorong siswa dalam belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
·    Guru hendaknya banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dengan usahanya sendiri;
·           Guru selalu berusaha menarik minat belajar siswa.
·           Sering-seringlah memberikan tugas dan memberikan nilai seobyektif mungkin.

4.        Memberikan pelayanan individu Siswa
Perlunya keterampilan guru di dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini pulalah perlu adanya pelayanan individu siswa.[6]
Memberikan pelayanan individual siswa bukanlah semata-mata ditujuan kepada siswa secara perorangan saja, melainkan dapat juga ditujukan kepada sekelompok siswa dalam satu kelas tertentu. Sistem pembelajaran individual atau privat, belakangan ini memang cukup marak dilakukan melalui les-les privat atau melalui lembaga-lembaga pendidikan yang memang khusus memberikan pelayanan yang bersifat individual.


5.        Menyiapkan dan Menggunakan berbagai Media dalam Pembelejaran
Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa. Pembelajaran yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung yang yang dibantu dengan sejumlah alat peraga dengan memperhatikan dari segi nilai dan manfaat alat peraga tersebut dalam membantu menyukseskan proses pembelajaran di kelas.
Di dalam menyiapkan dan menggunakan media atau alat peraga, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut :
  • Alat peraga yang digunakan hendaknya dapat memperbesar perhatian siswa terhadap materi pelajaran yang diasjikan.
  • Alat peraga yang dipilih hendaknya sesuai dengan kematangan dan pengalaman siswa serta perbedaan individual dalam kelompok.
  • Alat yang dipilih hendaknya tepat, memadai dan mudah digunakan.
E.       Suasana Pembelajaran yang Efektif
Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar. Madri M. dan Rosmawati menulis, bahwa terjadinya proses pembelajaran itu ditandai dengan dua hal yaitu : (1) siswa menunjukkan keaktifan, seperti tampak dalam jumlah curahan waktunya untuk melaksanakan tugas ajar, (2) terjadi perubahan perilaku yang selaras dengan tujuan pengajaran yang diharapkan.
Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, maka diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai.[7] Dalam hal ini akan diuraikan beberapa suasana yang efektif dalam pelaksanaan proses pembelajaran:
1.      Suasana Belajar yang Menyenangkan
2.      Suasana Bebas
3.      Pemilihan Media Pengajaran dan Metode yang Sesuai

F.     Strategi Pembelajaran yang Efektif
Cara belajar yang efektif dapat membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai.[8] Dalam melaksanakan strategi tersebut, diperlukan beberapa hal yaitu:
1.      Prinsip-prinsip belajar
2.      Esensi belajar
3.      Rangkaian aktifitas belajar
4.      Hasil pembelajaran
5.      Kualitas belajar

G.    Manajemen Pengajaran yang Efektif
Pengelolaan atau manajemen adalah kemampuan dan keterampilan untuk melakukan suatu kegiatan, baik bersama orang lain atau melalui orang lain dalam mencapai tujuan organisasi. Manajemen pengajaran efektif merupakan serangkaian kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, mengendalikan dan mengembangkan segala upaya dalam proses menolong murid mencapai pengetahuan, keterampilan, kemampuan, dan pemahaman terhadap dunia di sekitarnya secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan pengajaran yang telah ditetapkan.
Ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen dalam suatu model pembelajaran , yaitu :
·         Manajemen efektif adalah hasil dari sejumlah faktor, tidak ada cetak biru/pedoman yang sederhana bagi manajemen kelas yang efektif.
·         Manajemen efektif mendorong keberhasilan murid.
  • Keberhasilan meningkatkan penghargaan kepada murid jika murid-murid berprestasi, ada hasil perasaan puas, maka harga diri dan dorongan untuk berprestasi semakin tinggi.
  • Manajemen efektif bebas dan tidak terbatas.
  • Efektifitas manajemen bersifat konsisten.
  • Manajemen efektif melibatkan perhatian dan pengembangan inovasi.
  • Problem manajemen mungkin saja tidak menghargai kualitas sistem pengajaran.
  • Manajemen efektif mencakup pengaruh ulang terhadap perilaku diinginkan dan penguatan dari perilaku yang diinginkan.
  • Guru-guru adalah model dari perilaku yang diterima.
  • Manajemen efektif menuntut teamworks, kepala sekolah, guru-guru, orang tua, masyarakat, dan profesional pendidikan lainnya.
H.    Mengajar yang Efektif
Mengajar efektif adalah mengajar yang dapat membawa belajar yang efektif. Untuk dapat mengajar secara efektif guru harus mampu menciptakan iklim belajar yang menunjang terciptanya kondisi yang optimal bagi terjadinya proses belajar.  Mursel mengemukakan enam prinsip mengajar, yaitu :
a.       Konteks
b.      Fokus
c.       Sosialisasi
d.      Individualisasi
e.       Urutan
f.       evaluasi


BAB III
PENUTUP

Proses pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian pelaksanaan oleh guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa ini merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses pembelajaran.
Pada hakikatnya pembelajaran yang efektif merupakan proses belajar mengajar yang bukan saja terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan, ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif ditinjau dari kondisi dan suasana serta upaya pemeliharaannya, maka guru selaku pembimbing harus mampu melaksanakan proses pembelajaran tersebut secara maksimal. Selain itu untuk menciptakan suasana dan kondisi yang efektif dalam pembelajaran harus adanya factor factor pendukung tertentu seperti lingkungan belajar, keahlian guru dalam mengajar, fasilitas dan sarana yang memadai serta kerjasama yang baik antara guru dan peserta didik.
Upaya-upaya yang tersebut merupakan usaha dalam menciptakan sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal



DAFTAR PUSTAKA

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT. Imtima,  2007) cet.11
Djiwandono, Sri Esti Wuryani, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002)
Rosyada, Dede, Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004)
Semiawan, Cony, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990)
Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta, 1995)
Suherman, Strategi Belajar Efektif (Universitas Pendidikan Indonesia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/ SUHERMAN/BIMB_BELAJAR_EFEKTIF), diunduh pada tanggal 30 September 2012

.


[1] Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan (Jakarta: PT. Imtima, 2007) cet.11, hlm. 329
[2] Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Grasindo, 2002), hlm. 226-227
[3]  Slameto, Belajar dan Faktor - Faktor Belajar yang Mempengaruhi (Jakarta: rineka cipta, 1995), hlm. 94-97
[4] Slameto, Op Cit., h. 94-97
[5] Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokratis: sebuah Model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: Prenada Media, 2004), hlm. 129
[6] Dede Rosyada, Op Cit., h. 113
[7] Cony Semiawan, Pendekatan Keterampilan Proses (Jakarta: Gramedia, 1990), hlm. 63
[8] Suherman, Strategi Belajar Efektif (Universitas Pendidikan Indonesia: http://file.upi.edu/Direktori/FIP/ SUHERMAN/BIMB_BELAJAR_EFEKTIF), diunduh pada tanggal 30 September 2012